Kamis, 04 Desember 2014

Pria ini manis ..



Aku jatuh cinta bukan pada orang luar biasa, terlalu biasa malah
Tapi dari jatuh cinta kita membicarakan rasa nyaman, bukan?
Pelupuk mata yang kelelahan seakan menemukan sandarannya

Orang biasa ini mengajarkan saya beradu tatap dengan semesta
Bagaimana mencintai bisa begitu ikhlasnya

Seperti matahari yang tidak menagih hutang pada bumi
Atau bunga mekar yang tidak meracuni kupu-kupu dengan bulir sari

Pria ini manis...
Pelangi yang melengkung sempurna bersama serbuk gula sekalipun kalah manis

Pria ini manis...
Tebu yang dibawa lari wanita kehausan tidak ada apa-apanya dengan pria ini

Manisnya seperti reruntuhan embun dari tangan Tuhan itu sendiri
Manisnya seperti suci lantai tempat peri kecil bersenda gurau
Manisnya seperti suara tak karuan dari dalam imaji hati

Selasa, 04 November 2014

DARI JAUH SAJA



Sekedar ingin menanyakan kamu baik-baik saja, bukan hal yang mudah.
Ingin tau apa yang kau kerjakan. Atau sudah sampai mana isi perut mu diisi.
Atau sudah cukup matamu dapat gelapnya lampu ketika tidur.
Hanya ingin memastikan. Dari jauh.

Menggerutu saja isinya otak ini minta memikirkan kamu.
Padahal tak kalah jauh dari dinding langit antara kamu dan aku.
Jauhnya mati-matian tidak bisa di persingkat.

Menyingsing lengan baju saja tak bisa membuatku menakuti jarak yang jauh.
Aku tetap ketakutan kalau disana kamu tak dapat yang kau mau.
Ingin menjaga, tapi sendirinya tunduk pada rindu.
Aku menjaga dari jauh saja. Menjaga kamu.
Terlebih menyayangimu dari jauh. 

Kamis, 25 September 2014

Surat Penggemar Berat



Disembunyikan pita merah jambu, aku sudah begitu usang berdebu sarang laba-laba.
Tidak ada yang meniup agar hilang noda.
Buta aksara, antara mereka tidak mau atau tidak bisa membaca.
Aku tidak bisa membedakan.

Aku surat tidak terbaca
Diperuntukan seorang pria yang dikagumi diam-diam.
Aku surat tidak tersentuh
Ditulis seorang wanita yang jadi penggemar berat.

Bicara saja sesulit membuka simpul tali mati.
Aku surat yang tidak berani disampaikan.
Sekotak penuh, isinya barisan kata dalam kertas yang berdebu.

Aku surat yang disembunyikan begitu saja.
Dari pria yang disukai diam-diam.

Tidak ada yang boleh tahu.

Berteriak bagai pegulat menang undian, aku ingin menampar wajah si pria.
Dia harus tahu, dia disuka. Dia digilai sedemikian rupa.

Ternyata memang pria ini tidak mau membaca. Pantas saja aku disembunyikan.

Tidak ada yang boleh tahu.

Minggu, 14 September 2014

Ini Hati, bukan Rongsokan.


Hati saya bukan kantong tak bernama. Bisa seenaknya diisi kemunafikan.
Isinya belum tentu berlian, tapi jangan samakan tempat kau buang sampah.
Belum cukup seabad aku menjaganya baik-baik saja, jangan ditambah kamu yang merengek ingin meng-obrak-abrik-nya bagai keparat kecil mengaku dewasa.
Seenaknya meninggalkan bekas, seakan esok hari tidak lagi butuh apa yang kau campakan.

Paduka yang mulia, jangan berbuat rusuh pada tempat sakral. Apalagi yang namanya hati.
Paduka yang terhormat, hormati tanpa perlu angkuh yang jadi milik orang satu-satunya. Belum tentu dia punya tiga hati.

Dikira hati saya alas kotor kaki Anda?
Datang untuk meninggalkan noda, lalu datang lagi karena ingin tahu apa masih baik-baik saja.

Hati berteman baik dengan doa, yang kadang bisa memaki sedemikian rupa.
Didengar Tuhan, apalagi.
Bisa-bisa karma yang sopan santun menghampirimu yang tak tahu tata krama.

Selasa, 02 September 2014

GAMORA vs MALEFICENT

Saya memang bukan penggemar komik Marvel, tapi saya penggemar berat film. Kemarin (21/08/2014) saya melakukan rutinitas menonton film di bioskop. Dan film yang sedang bikin kuping panas karena sering dibicarakan adalah "Guardian of The Galaxy". Yup, im already watching that movie and im not gonna spoiler anyway. Pinkie promise! ;)

There's one character that steal my focus, Gamora!


But, Peter Quill also steal my heart with his a-hole behaviour. hahaha :*

Back to Gamora. Saya jatuh cinta dengan karakternya seperti beberapa waktu yang lalu saya jatuh cinta dengan karakter Maleficent.



Dua wanita ini membuat saya terkagum-kagum karena pesonanya. Good woman or bad woman? a bit of both! and i love their two side, indeed.

Most of all, i love how they raise their chin up!

Saya ingin sekali bisa menjadi salah satu dari mereka, mengangkat dagu sebagai tanda tidak akan bisa disakiti. Mandiri dan semuanya bisa dikerjakan dibawah kendali tangan mereka. Tidak perlu gaun berat yang ujung kainnya harus dibantu seseorang untuk memegangnya. No! they don't need help. No one can break their heart. No one! or they going break your neck. >=)

Tapi saya tidak hidup di fairyland, saya hidup bersama orang-orang lainnya. Dimana baik dan jahat diperhitungkan sedemikian rupa.

Saya kadang jengah dengan orang yang bilang "tidak ada manusia yang sempurna" tapi kemudian diakhiri dengan perkataan "kamu terlalu baik". Eeeuuwh!

Memang tidak ada orang yang sempurna, tapi setiap orang berhak menjadi sempurna dengan cara mereka sendiri bukan dengan cara teman-temannya, dengan cara bosnya, atau bahkan dengan cara kekasihnya. Im trying hard to being perfect in my way, so don't ruin it dengan basa basi busuk "kamu terlalu baik!".

Ketidaksempurnaan memang tidak mematikan, tapi obatnya adalah penerimaan. Baik dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Apa yang lebih menyempurnakan dibanding perasaan diterima dan menerima.

You don't have to be perfect for anyone, it's someone that has to find you perfect as you are.
Because love is knowing that no one is perfect and everyone makes mistakes. but you still work for it, because it is worth it.

Gamora dan Maleficent? Kelemahan mereka adalah diabaikan, bagaimana mereka berusaha untuk berbuat baik tapi malah disakiti. Mereka berusaha terlihat sempurna dengan cara menjadi wanita kuat dan tangguh.

Trying hard to raise my chin up when write this post loud. :D

Long live Gamora and Maleficent. \m/

September

Woohooo! Lemme introduce you to my lovely month in a year. September!!



Bulan paling saya tunggu karena ada sejarah saya dilahirkan disana.
Bulan yang memberi saya waktu untuk mencari-cari alasan saya dihadirkan oleh Tuhan.
Bulan terindah yang membuat saya merasa di perlakukan penting dan istimewa.

Terimakasih sudah membuat saya mengingat September sebagai bulan kesayangan.
Dimana saya lebih bisa menghargai dan mencintai diri saya sendiri.
Berdoa agar Tuhan tidak pernah menyesal telah memberi saya kesempatan mengenal bumi dan hidup.
Bismillah...

Kamis, 21 Agustus 2014

Project Misi Rahasia

Pretty sure, mr. Cumberbatch! :*

Apa kalian pernah merasa seperti ditembak di ujung kepala ketika tiba-tiba ada ide yang begitu saja datang?
Saya pernah. Dikamar mandi. Meskipun saya tidak pernah tahu sih bagaimana rasanya ditembak di kepala. *amit-amit *ketok-ketok meja kayu. X_X

Saya punya ide yang harus segera direalisasikan karena kalau tidak bisa mengakibatkan sakit kepala yang tidak karuan. Saya terlalu excited, terlalu berbahagia bisa dihinggapi ide sebagus itu (bagus menurut saya sih)

Ide yang berhubungan dengan kegemaran saya yang paling tidak bisa ditinggalkan. Itu kenapa judulnya Project Misi Rahasia, karena namanya juga rahasia, jadi saya tidak bisa banyak menceritakannya disini. :P

Semoga membludaknya ide yang datang begitu saja di kepala saya tidak membuat saya lupa untuk mewujudkannya.

Semoga ada restu semesta dan seisinya ketika saya akan menyelesaikan project yang satu ini.

Doakan saya! Insya Allah. O:)

Karena restu Tuhan sudah tidak perlu dibicarakan lagi disini, saya punya bisnis sendiri dengan Tuhan yang sering saya bicarakan dalam sujud dan tengadah tangan.

Godspeed! \m/

Rabu, 20 Agustus 2014

SHOULD I SPELL IT?





Sekarang kenangan hanya

       sebagai tadahan

                sumpah serapah

                       dan doa karma semesta


Senin, 11 Agustus 2014

Jawa Tengah Part 2

Hari kedua di jawa tengah, minggu pagi, sengaja bermalasan karena saya kelelahan menyetir semarang-kudus. Sudah tidak se-excited kemarin saat mengunjungi semarang. Apalagi playlist pagi ini secara licik memainkan lagu michael buble yang berjudul home. Belum lagi pesan singkat yang berisi:

"kapan pulang?"

dikirimkan seseorang yang tidak sabar menunggu saya pulang. Huh, bertambah dua kali lipat kemalasan saya, ingin segera pulang. *ternyata emang ga bakat travelling*

Menatap dinding dan atap rumah orang rasanya saya benar-benar baru tau apa yang dimaksud dengan lagu the passenger berjudul let her go. Terutama part yang ini:

"Only hate the road when you’re missing home"

Rasanya pasti menyenangkan ketika kita pergi, ada yang tetap menunggu kita pulang. Rumah memang bukan hanya bagian dari semen dan gundukan dinding membentuk bangunan. Rumah juga bisa jadi hati seseorang yang ketika kita sedang pergi, mereka lah tempat kita kembali.

Kehilangan semangat dan energi membuat saya  banyak merenung tentang perasaan meracau ini. Tentang perasaan rindu. Ah, saya sampai bosan mengetik kata rindu, mungkin keyboard laptop ini juga sama bosannya seperti saya.

Sudah 2 jam berglundung-glundung ria, dengan mata yang ketap ketip tanpa arah. Saya memutuskan untuk bangun dan kembali jalan-jalan untuk membunuh rasa rindu yang kurang ajar ini, karena belum tentu orang yang saya rindu juga merindukan saya kan.

Bergegas mandi dan bersiap untuk mencari oleh-oleh saja hari ini, dan mengunjungi beberapa wisata yang berada di sekitaran kudus, jawa tengah.


Nice wall behind. Like i could take million picture with it

Ini yang saya suka dari kota kecil, banyak sekali tembok tua atau bahkan bangunan tua yang cukup indah menurut saya. Kelak, saya ingin punya rumah yang bisa selalu diingat oleh anak cucu saya sebagai rumah tua yang akan selalu dikunjungi ketika ada libur panjang. Rumah yang berisi kebun bunga dihalamannya. Rumah yang dibagian belakangnya ada taman tempat banyak kandang berisi burung kecil berciut-ciut, ayam-ayam yang berkeliaran, atau kolam ikan, semuanya peliharaan suami saya. Saya sendiri punya dapur bersih tempat saya selalu berdiri menyiapkan makanan kecil atau minuman untuk anak cucu saya nanti. Ah, anak cucu saya harus selalu punya ingatan untuk kembali ke rumah eyangnya ini. *wake up, kik *setrum pake raket nyamuk

Kembali ke kisah perjalanan kali ini. Tsaelah ((((kisah))) *situ kancil?

Karena ada yang memesan daster lurik, pergilah saya ke pasar kliwon pukul 11 pagi. Pasar kliwon ini tidak jauh berbeda dari pasar blauran di surabaya. Barang-barangnya juga saya yakin di import beberapa dari surabaya. Tapi ya sudahlah, yang penting buah tangan jatuh di tangan. *tet! *mengulang kata 'tangan'

Selesai dari pasar kliwon saya duduk di depan kipas angin karena panas terik Kudus hari ini sedang tidak santai, saudara-saudara. Berhasrat ingin pakai payung warna-warni ke pasar kliwon tapi pasti saya dikira kepala suku pasar menagih uang sewa.

Tidak sempat mengambil gambar karena tidak membawa apapun ke pasar kecuali membawa diri dan sandal jepit berharga saya, serta selembar dua lembar uang yang disembunyikan di saku celana.

Setelah dirasa asap panas sudah hilang dari ubun-ubun, saya sudah siap untuk melakukan perjalanan ke menara kudus. Disana ada bangunan tua masjid kudus dan makam sunan kudus.

Tempat ini juga tidak jauh berbeda dari masjid sunan ampel di Surabaya. Hanya saja ini di kudus, dan masjid sunan ampel di Surabaya. *Ya eya lah*






Disini juga saya berasa di panggang habis-habisan. Panasnya bukan main kudus pukul 12 siang ini.







Kapok dan marah-marah pada sinar matahari, akhirnya saya kembali pulang setelah membawa oleh-oleh yang cukup seperti jenang khas kudus, dan beberapa makanan khas kudus lainnya.

Benar-benar hari yang berbeda dari kemaren, salahkan rindu yang pagi-pagi datang membawa ketidak-mood-an luar biasa pada hari ini. Rasanya sudah mau pulang saja, sementara tante saya masih ada beberapa keperluan di kudus yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Akhirnya setelah adzan maghrib, kami kembali ke Surabaya. Rasanya tidak ada yang lebih menyenangkan selain pulang ke rumah. yeay!

Tetap berterimakasih kepada Jawa Tengah atas keramahannya dan atas terik mataharinya. Saya merasa dirawat dengan baik mengingat saya datang untuk menyembuhkan sakit hati.





Sampai bertemu kembali.


Sabtu, 09 Agustus 2014

Jawa Tengah part 1

Akhirnya bisa bikin postingan tentang travelling. Meskipun masih amatiran. Tapi uda bangga banget. *kikik anak rumahan*

Jadi ceritanya saya kesentil sama tweet dari @saulraja yang isinya

"travelling. Ada yang karena berjiwa petualang, ada yang cuma pengen pamer di instagram, dan ada juga yang untuk menyembuhkan diri".

Jadi sudah dipastikan saya termasuk yang melakukan travelling untuk menyembuhkan diri, meskipun kemudian alasan pamer di instagram juga dilakukan. Kalo ga gitu kan apa gunanya maen instagram ya, mending maen bekel atau neker.

Jadi begini ceritanya, yang jelas saya harus sakit hati dulu sampe akhirnya kepikiran untuk travelling. Bukan pertama kalinya juga sih.

Saya memutuskan untuk ke Jawa Tengah memulai perjalanan menyembuhkan sakit hati saya.

Road Trip essentials 1


Road Trip essentials 2


Berangkat jumat malam bersama tante saya yang kebetulan ada acara halal bialal di semarang, jadi rencananya kita akan berpisah ketika berada disana. Yeay, all alone menyusuri jalanan semarang sudah terbayangkan. *nyetel film before sunset* in case harus ngobrol sama orang asing. Trus nyadar ini indonesia bukan hollywood. (._. )

Berangkat malam hari, bergantian menyetir, menikung truk truk besar yang jalannya super lelet, voilaaa.. sampai lah kita di kota kudus, jawa tengah. Beristirahat tidur di rumah saudara yang berada di kudus.

Besok paginya, sabtu pagi, bersiap pergi ke semarang untuk menyelesaikan acara masing-masing.

Pemandangan di perjalanan


Saya sampai di jalanan simpang lima yang cukup ramah kecuali panas terik yang membakar ubun-ubun. Selayaknya alun-alun pada umumnya, saya melewati begitu saja simpang lima tanpa berniat mengambil gambar. *panas terik men*

Akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke arah tugu muda, niat berfoto juga digagalkan telak oleh sinar matahari yang menggigit ujung kulit. Akhirnya memutuskan untuk masuk ke lawang sewu.

Gedung yang memiliki banyak pintu ini membuat saya teringat sebuah kata bijak

The one and only "lawang sewu"


"if God shuts a door, stop banging on it! Trust that whatever behind is not meant for you".

Manusia saja bisa membuat seribu pintu sebanyak ini, bagaimana mungkin Tuhan hanya membuat satu pintu untuk hamba-Nya. Termasuk saya. Pasti Tuhan sudah menyiapkan banyak pintu yang harus saya ketuk satu persatu. Ketika itu gagal terbuka, saya harus percaya kalau Tuhan punya pintu lain yang harus saya perhatikan dan bukan hanya terpaku pada pintu tertutup di depan hidung saya.




Foto pake jurus Tongsis! (Tolong, sis!) 



Ketika terlalu geli pake tongsis, thanks to fish eye!



Selesai pusing berputar-putar lawang sewu yang menyimpan museum sejarah, saya mau berjalan di trotoar jalanan semarang. Sendirian. Dengan kamera siap ditangan untuk mengambil gambar, bekal untuk kenangan yang indah.



Ternyata ketika berjalan sendirian di kota asing, saya juga belajar sesuatu, yaitu pasti menyenangkan kalau ada teman bicara atau berjalan ketika mau berputar-putar di kota asing seperti ini. Karena banyak sekali yang menyapa saya dengan "sendirian aja mbak". Pppfftth masih perlu ditempel di jidat kalo saya sendirian, pak.

Setelah sudah berjalan jauh dan kitab suci belum juga ditemukan, akhirnya baterai handphone saya low bat. Padahal itu senjata utama biar ga keliatan kayak anak ilang. Saya pun mencari starbuck melalui aplikasi maps. Ternyata saya diarahkan untuk menyusuri jalan menuju kota jakarta agar bisa minum di starbuck. -___- *jambak tab*

Akhirnya saya nemu hotel aston quest, buru-buru masuk ke restorannya buat ngadem. Dan yang pertama ditanyain ke mbaknya bukan buku menu, tapi colokan dan pasword wifi.



Sampai sekarang posting ini selesai ditulis, saya masih menunggu dijemput oleh tante saya yang betah sama acaranya sendiri.
Mbak-mbak waitresnya sampe pura-pura ngelap meja saking lama nya saya nangkring disini.

Terimakasih, semarang. Saya masih lompat-lompat kecil karena senang besok masih akan ke jepara dan menati pelajaran apa yang bisa saya dapat dari perjalanan patah hati ini. Yeayyy!

Rabu, 06 Agustus 2014

Virgo

Oke, *benerin kalung mantra* *pake kacamata cenayang*

Sekarang tidak mau terlalu serius gembar gembor cerita fiksi yang merepet ke kehidupan asli sebenarnya penulis, atau membuat puisi-puisi yang sebenernya tidak pernah langsung disampaikan penulis ke orangnya.

Bicara tentang zodiak, saya girang sekali kalau bertemu kolom kecil berisi berbagai macam lambang zodiak. Saya hanya senang tapi bukan penyembah berhala yang percaya kalau rejeki mengucur dari hasil tarot seseorang di lembar zodiak. Yang saya suka dari zodiak adalah bagaimana saya bisa mengetahui karakter seseorang dari zodiaknya. Tidak perlu susah menyewa mata-mata, atau membayar keluarga terdekat untuk tau bagaimana sifat atau karakteristik seseorang.

Karena saya bukan orang yang menjampi-jampi lampu ajaib agar bisa menyala, jadi saya hanya membahas satu lambang saja yang saya tau betul bagaimana karakteristiknya.

Image Source: www.zodiakgembira.tumblr.com


Virgo, berlambangkan seorang wanita cantik yang menurut saya tidak melakukan apapun, hanya berdiri, kadang duduk dengan rambutnya yang berjuntai-juntai. Berbeda dengan lambang libra misalnya, yang membawa timbangan, atau aquarius yang selalu membawa gentong air, atau gemini yang bergandengan atau bergurau dengan kembarannya. Virgo? selalu digambarkan dengan ke-anggun-annya, dan manner dia ketika berdiri atau duduk. Sampai saya menemukan kata yang tepat dari seseorang untuk virgo adalah kata "jaim" for "Jaga Image banget ya ini virgo". We born that way actually, have a problem? lapor sana ke MK (Mamah Kekeh). *Dedeh, kik! *meleset sendiri, dijawab2 sendiri*

Found some article that say:
Never believe in 3 people: Sagitarius, Aries, Pisces (They are the most selfish and mean).
Never lose 3 people: Taurus, Cancer, Capricorn (They are the most sincere and true lovers).
Never leave 3 people: Virgo, Libra, Scorpio (They can keep secrets, friendship, and they can see your tears).
Never reject 3 people: Leo, Gemini, Aquarius (They are true, loyal and honest friend).

Some are damn true! :D
Virgo have a big big heart, i guess. Positively, mereka tipe setia kawan, setia pacar juga *ehem*.
Kalau kalian baik dan setia sama si virgo ini, jantung juga dikasih. Kurang baik apa cobak? tapi untuk beberapa orang mungkin akan bilang "kita ga cocok, kamu terlalu baik". Gezz, please! yaudah sana temenan/pacaran sama sumanto. *eh, btw sumanto belum keluar penjara ya? *teralihkan

In case, kalian beneran orang yang nyuekin atau ninggalin virgo gitu aja *jeng jeng* Virgo is great escaper. Ketika Virgo merasa diacuhkan atau di sakiti, mereka akan pergi begitu saja dari kehidupan kalian. Sebenarnya bukan karena membenci orang tersebut, tapi itu cara virgo untuk menyembuhkan diri. Mereka pendendam, bukan cara yang mudah bagi mereka untuk memaafkan atau lupa rasa sakit hati mereka. Karena itu mereka butuh menyembuhkan diri dengan cara 'melarikan diri' tadi.

Virgo mostly introvert ya. Pendiam dan pendendam dalam waktu bersamaan. Good combination, huh?
Karena introvert nya itu, mereka termasuk orang yang rigid, stick with schedule and plan, home person, tapi mereka pengikut arus yang baik, mereka bisa menempatkan diri dimanapun dan dengan siapapun ketika virgo nyaman dengan orang tersebut ya.

Even dia home person ya, tapi kalau diajakin travelling or something ya dia mau-mau aja. Kan mereka pengikut arus. Apalagi kalau yang ngajakin udah nyaman banget sama virgo begitupun sebaliknya. Virgo ini temen yang paling dijagain, entah karena saking rapuhnya atau karena saking baiknya. Mereka juga bukan tipe show off yang gila pujian yang pengen namanya diteriakin orang se stadion. *jadi kayak calo tiket*
Tapi beneran, mereka bukan tipe orang yang ngomong aku loh bisa ini, aku loh jago ini, aku loh suka ini, aku loh liburan kesini bla bla bla. Virgo bakal mikir orang yang kayak gini mirip kokoh-kokoh jual arloji di pasar atom. Niat temenan atau promo produk? (._. )

Virgo itu unsur alamnya tanah, ga tau juga sih maksudnya apa. Virgo kalau sudah nyaman dengan seseorang, they'll spend all day long to talk each other about everything. i said, everything. Semua juga bakal dikomentari sama Virgo. Mulai dari yang paling detail sampai yang paling ga detail. Perfeksionis sih, terutama sama kerjaan yang ga beres dia suka geli sendiri. Pokoknya harus beres.

Intinya, "people first baru dirinya sendiri" pola pikir virgo, makanya sering banget virgo ini dibikin sakit hati saking memikirkan kesejahteraan orang dibanding dirinya sendiri.

Virgo sih ga bisa dibikin jadi kayak sagitarius atau taurus atau cancer. Begitupun saya ga bisa diubah persis harus seperti sifat si ini si itu. Semua punya otak dan isinya masing-masing. Punya hati dan isinya masing-masing.

Wooff, sepertinya tulisan ini bukan hanya membicarakan virgo, tapi saya. Yup, im under the virgo sign and proud of it.

Sampai jumpa di pembahasan tentang zodiak yang lain. *sebar wewangian sedap malam *kesannya biar mistis *kan abis bahas ramalan

bye!

Rabu, 30 Juli 2014

Happy Ied Mubarak, everyone!



Masih dalam rangka Hari Raya Idul Fitri. Ketupat jadi makanan utama, memaafkan jadi perbincangan utama dalam minggu ini.

Saya sendiri bukan anak dewa atau anak setengah Tuhan, jadi memaafkan bukan pekerjaan mudah bagi saya, tapi tidak saling menyakiti bisa sangat berarti untuk beberapa orang.

Rasanya lelah basa-basi saling memaafkan yang tidak cukup dalam sehari dua hari.
Bukan karena tidak mampu memaafkan tapi bagaimana sebenarnya dari lubuk hati saya yg paling dalam tidak terima kenapa harus ada kata maaf ketika masih saling menyakiti.
Terkadang ada rasa jengah ketika harus memberi maaf pada orang yang paling menyakiti kita.

Sebenarnya apa makna dibalik kata maaf?
Maaf bukan hanya kata, sekilas mirip udara sekali lewat, tapi ketika diterima bisa seperti jingga yang merindukan sore. Tenang. Baik ketika dimaafkan atau memaafkan.

Karena saya bukan orang suci yang hidup tanpa salah, meminta maaf sudah tidak terhitung berapa jumlahnya. Tapi justru karena saya manusia biasa rasanya tidak gampang memaafkan.

Bukan tanpa maksud Tuhan menciptakan hari suci ini, untuk saling memaafkan dan meminta maaf.
Semoga kata maaf bukan hanya kucuran kata yang keluar begitu saja karena tidak sengaja menyakiti. Tapi maaf bisa menjadi pengobat sakit hati ketika waktu tidak bisa mengurangi rasa sakit.

Once again, selamat hari raya idul fitri, saya haturkan maaf dari dalam hati atas kata dan perbuatan yang tidak sengaja diujarkan. Saya haturkan maaf atas segala sakit hati yang tidak berkenan.

Rabu, 23 Juli 2014

I know it!


One day,

when i wake up at 3am,
unable to sleep,
i will look next to me,
and you will be there
sleeping peacefully beside me
and suddenly,
the world won't seem so lonely.

(source: constantneverland via tumblr)

Garden


So plant your own gardens
and decorate your own soul,
instead of waiting
for someone to bring you flowers.

(Source: J. L. Borges Via Tumblr)

Insignificant



I don’t want to be
your entire world, no.

I would be happy
just to be your morning coffee,
your hanging car keys,
your wallet.

Something seemingly
insignificant,
but if lost throws off your entire day.


(Source: lucyquin via Tumblr)

Sabtu, 12 Juli 2014

Dunia Kami Lain!

Image Source: http://journals.worldnomads.com/akoayinhinyero/photo/38556/930209/Philippines/These-two-kids-are-from-our-barangay-and-they-are-motherless-already-Big-siste#axzz37Ekd1VDL

Matahari yang tak pernah lengah terus berusaha membuat kulitku terbakar padahal sekarang yang tersisa dari kulitku hanya peluh dan daki yang terus menghitam menutupi kulitku yang legam, rambutku yang kusut kuikat dengan karet seadanya yang kutemukan di jalanan. Hanya satu hal yang membuatku merasa mampu mengalahkan matahari dan berjalan tanpa beban adalah salju-ku. Salju yang kini tengah tertidur dengan wajah tak berdosanya di punggungku, terikat kain yang sudah berwarna kusam dan penuh kotoran hitam. 

Bocah laki-laki itu bernama Didit, adik-ku yang kini berumur 2 tahun 2 bulan sedang memeluk leherku dan wajah malaikatnya tertunduk di bahuku meneteskan air liur di lengan bajuku. Wajahnya juga tidak beda jauh dariku, hitam karena daki, rambut kusut dan berwarna kemerahan karena matahari, pipinya yang gembul penuh dengan debu yang menghitam. Aku menyayanginya lebih dari apapun di dunia ini, karena cuma dia harta yang aku punya selain rumah kardus, selimut robek, bajuku yang mirip kain pel dan sandal jepit yang aku ikat dengan tali disana-sini agar tidak rusak untuk yang kesekian kalinya. 

Aku sendiri berumur dua belas tahun, baru saja kemarin aku merayakannya bersama adikku tersayang, Didit, di bawah pohon randu besar yang letaknya dekat rumah kardus kami. Kami makan malam dengan satu buah pisang goreng yang kami temukan terjatuh di samping rombong penjual gorengan. Makanan ini cukup mewah untuk kami dibandingkan dengan makanan kami sehari-hari yang hanya kerupuk, itu pun jika kami punya uang lebih membeli kerupuk yang masih bagus biasanya jika uang kami kurang kami hanya memakan kerupuk yang sudah basi yang sudah tidak bisa digigit. Dihadapan makan malam kami yang mewah ini aku dan Didit mengucapkan do'a yang selalu kami panjatkan sebelum makan.

"Terimakasih untuk makanan mewah ini Tuhan, makanan yang Kau kirimkan sebagai hadiah ulang tahun ku yang ke dua belas. Semoga makanan kami malam ini mendapatkan berkah dan hidayah-Mu. Aminnnnnn". 

Pisang goreng yang lumayan besar itu cukup mengundang selera makan kami, bahkan Didit berulangkali berusaha meraihnya dari tanganku.

"Mbak Melly tiup lilin dulu ya Dit, biar kayak di tipi-tipi itu loh Dit, nanti mbak mau buat permohonan dulu, baru pisang gorengnya dimakan bareng-bareng yah?!"

Aku memejamkan mataku berusaha membayangkan pisang goreng tersebut adalah kue tart besar yang berwarna-warni dan ada dua belas lilin menyala di atas kue tersebut.

"fuuuhhh!"

Aku membuka mata dan melihat Didit duduk manis dihadapanku menatapku lama dan merangkak ke arahku berusaha untuk memeluk leherku dan aku mendengarnya berbisik di telingaku.

"Mmm...eeee...iii"

Mataku berkaca-kaca mendengar Didit mengucapkan kata pertamanya dan itu adalah namaku meskipun kurang huruf "L" ditengahnya, tapi ini adalah kado terindah yang pernah aku dapatkan. Akhirnya yang memakan pisang goreng itu hanya Didit karena dia butuh gizi yang lebih banyak, sedangkan aku cukup meminum air putih saja sambil melihat adikku memakan dengan lahap pisang goreng yang aku temukan tadi sore. Bagiku itu sudah membuatku sangat kenyang, kenyang akan kebahagiaan.

Esoknya kami kembali berjalan menuju rumah bu Sri yang sudah dua tahun ini mau memberi kami pekerjaan meskipun dia sendiri hanya janda dengan lima orang anak dan seorang buruh cuci, tapi hatinya baik sekali mau memberi kami pekerjaan meskipun dia sendiri adalah orang yang kekurangan. Tugasku dirumahnya hanya menjaga lima orang anaknya yang masih kecil-kecil agar tidak berkeliaran di luar rumah sampai bu Sri pulang, aku hanya dibayar air minum bersih dan sebotol susu untuk Didit perhari. Satu hal kenapa aku mau bekerja di rumah bu Sri karena aku paling pantang meminta uang atau mengemis di jalanan seperti kebanyakan anak-anak seumurku yang tinggal di dekat rumahku. Aku merasa malu harus menggunakan adikku sebagai penarik iba dan rasa kasihan dari orang lain. Setidaknya dengan bekerja di rumah bu Sri, adikku bisa tidur di lantai yang dingin dan minum susu botol sebagai imbalan kami menjaga rumah bu Sri. Kami kembali ke rumah pukul satu siang menuju rumah kardus kami tercinta. 

Kami melewati sebuah toko elektronik yang menjual banyak sekali televisi yang menayangkan gambar berwarna-warni, aku berhenti sebentar di depan salah satu televisi yang dipasang menghadap keluar sehingga kami bisa melihat gambar televisi itu tanpa perlu masuk ke dalam toko elektronik tersebut. Didit terlihat tertarik dengan salah satu televisi yang menayangkan gambar anak perempuan yang sangat cantik sedang bermanja-manja dengan ayahnya yang akan berangkat ke kantor, gadis itu merengek-rengek minta mobil pada ayahnya.

"Apaaaa?!! minta mobil?? ckckckck" Aku berdecak iri sementara Didit terus berusaha menyentuh televisi tersebut.

"Kata temen mbak yang punya tipi, itu namanya sinetron Dit. Itu dunianya orang kaya, beda sama dunia kita, jadi jangan sering-sering nonton sinetron nanti kamu jadi pemimpi yang bisanya cuma berkhayal dan bermimpi tanpa usaha".

Aku melanjutkan perjalanan ke rumah sementara Didit terus merengek minta kembali ke tempat televisi tadi.

"Sudahlah Dit, dunia kita lain sama dunia yang ada di tipi itu. Jangan mimpi kamu! Ayo kita pulang ke dunia kita ya sayang".

Dan Didit menangis. 




==========================================================================

Cerpen diatas adalah cerpen saya yang pernah di muat di media "Jawa Pos" Surabaya, pada Senin, 31 Mei 2010. Sudah 4 tahun yang lalu. Time flies!

"I Love You, for God Sake!"


Terhitung sudah hampir puluhan kali saya mengatakan kepada pria ini kalau saya menyukainya, saya menyayanginya. Tapi ibarat mikro partikel debu di jalanan, pengakuan saya ini jadi seperti guyonan yang tidak sampai melukai retina matanya. Sia-sia.

Semua yang saya katakan jadi seperti ocehan anak berumur 10 bulan yang bercecer air liur tanpa ada yang paham maksudnya. Kenapa susah sekali menunjukkan kepada orang lain kalau kita mencintai mereka. Kalau saya bisa menuliskannya ribuan kali di kertas saya bisa menghabiskan banyak sekali kertas kosong tapi sayang tidak ada yang mau membacanya.

Saya mengaduk tanpa ada maksud cangkir saya yang masih berisi gula. Bahkan untuk menuangkan cairan teh yang masih anteng di dalam teko saya malas bukan main. Saya menggerutu dalam hati kenapa restoran ini tidak langsung menuangkan tehnya ke dalam gelas saja. Kenapa harus saya, seorang pembeli yang adalah raja malah harus menuangkan sendiri air teh tersebut. Apa tidak cukup isi hati saya yang berserakan di pelupuk mata karena patah hati semalam.

"ah, menyebalkan!"

Saya menggerutu seenaknya karena merasa tidak akan ada yang mendengar, tapi ternyata tanpa saya perhatikan seorang pria yang saya kenal wanginya sudah duduk anteng dihadapan saya.
Terkejut bukan main, harusnya tidak ada siapa-siapa yang tahu saya sedang disini merayakan sakit hati sendirian. Kenapa harus ada tamu.

"Bim! ngapain disini?" Wajah tidak senangku pasti kentara sekali terlihat, saya memang tidak suka ada yang merusak 'pesta' saya.

Pria ini bukan dalang dari sakit hati saya hari ini, tapi tetap saja, pria ini tidak seharusnya diundang dengan terhormat di sebuah 'pesta', meskipun hanya pesta pesakitan yang patah hati. Pria ini hanya memakai kaos oblong yang menyembunyikan badan kurusnya, celana jins, dan sepatu sneaker biasa. Dari pakaiannya sepertinya dia memang tidak sedang datang untuk merayakan pesta.

"Katanya kamu disini, kia. Makanya aku kesini"

Siapa? Siapa? Siapa yang licik membocorkan dimana saya berada? Dia harus diberi pelajaran, sampai saya ingat satu-satunya yang tahu saya sedang disini adalah saya sendiri. Tidak ada yang tahu.

"When you love someone, you just give the power to someone to influence your happiness, you're also giving the gun to kill that happiness" teman baik saya ini tiba-tiba mengucapkan sebuah kalimat yang dengan percaya diri diucapkan seakan-akan ingin menjawab isi hati saya.

"..."

"Saya beri kamu senjata saya. Kalau saya lupa cara menyayangi kamu, bunuh saya dengan senjata yang saya berikan, tapi selalu beri saya pelukan sebelum kamu membunuh saya agar saya ingat kembali cara menyayangi kamu"

Apaa-apaan ini, apa maksud pria ini?

"I love you, for God sake Kia for a long time ago. Please realize. Wake up!"

Saya tidak tahu harus berkata apa, pria ini yang sudah saya kenal dari 5 tahun lalu ini, selalu memasang muka manis ketika saya bercerita tentang proses saya jatuh cinta sampai akhirnya selalu patah hati. Pria ini yang tidak lupa memberi saya kejutan kecil yang saya kira hanya untuk menghibur saya yang sedang bermasalah. Pria ini yang setiap ulang tahun saya tidak pernah absen untuk membangunkan saya ditengah malam dan memaksa saya berdoa lalu bernyanyi riang dihadapan bintang. Saya tidak pernah lupa caranya berbahagia di samping pria ini.

Pria ini yang selalu ada.

Pria ini yang sekarang sedang menuangkan air teh untuk saya minum agar saya bisa menghilangkan kata-kata yang tersumbat ditenggorokan sedari tadi. Kata-kata yang tidak bisa saya ucapkan sedikitpun. Hanya sebait lagu dari restoran yang terdengar keras di sela-sela detak jantung saya yang tidak beraturan iramanya.



~ secangkir teh yang hangat, kau tuangkan untukku. Datang dari hatimu, datang dari cintamu, datang dari dirimu, untukkuuuu ~



Cerita fiksi ini diciptakan semata-mata hanya karena penulis sedang kecanduan sebuah lagu sederhana tapi bermakna dari 'Rieka Roeslan feat. Nino RAN' yang berjudul 'kopi dan teh'.

Sesuatu yang sederhana tapi bermakna memang kadang sering dilupakan, tapi itu yang menyelamatkan saya dari patah hati ketika harapan jadi terlalu tinggi.

Rabu, 18 Juni 2014

Senyum Bocah



Kaki kecil itu terlalu hitam dan keras untuk berjalan sendirian di panasnya aspal tanpa alas sekelas sandal jepit. Tangannya yang menggenggam recehan masih menyisakan tiga sampai empat eksemplar koran yang tidak laku terjual pagi hari tadi.

Sedangkan,
saya sedang dalam masalah besar hari ini, saya yakin ini sengketa alam yang berusaha membuat saya menjadi wanita menyebalkan dan pemarah. Bagaimana tidak, banyak pekerjaan anak buah yang tidak selesai seperti perintah saya. Seakan bos ikut berkonspirasi membuat saya semakin muak berdiam diri di dalam kantor. Sejenak ingin keluar dengan alasan makan siang.

Kuku-kuku yang menghitam itu seakan malu untuk mengetuk kaca mobil yang mulus itu hanya untuk menawarkan sisa korannya yang lecek. Tapi apa boleh buat, perutnya bergemuruh kelaparan minta di isi seadanya. Sudah dari kemarin isinya hanya air, pantas kalau sekarang perutnya berdemo riuh minta diperhatikan.

"koran, mbak"

Saya kaget bukan main, padahal hanya suara ketukan kecil di kaca mobil. Sudah hampir marah saja rasanya, saya buka kaca jendela dan ingin segera menyemburkan nafas api ke biangnya suara.
Bukan siapa-siapa memang, tapi sepersekian detik setelah saya melihatnya, saya jatuh hati, saya jadi seperti bara api yang disiram air bunga. Saya tenang seketika.

Bocah laki-laki kecil ini berusaha melebarkan senyumnya didepan setiap orang, setidaknya dengan begitu orang juga merasa ingin tersenyum, bocah ini tidak mau orang yang melihatnya merasa iba atau kasihan karena dia memasang wajah memelas. Padahal ingin sekali bocah ini menyengir lebar karena perutnya yang melilit memprotesnya karena butuh nasi yang bisa dicerna.

Saya melihat sebuah senyum yang tulus dan ikhlas. Saya pernah melihat ribuan senyum dibuat-buat didepan saya. Tapi yang ini lain, senyumnya yang sejuk bisa mengalahkan angin pantai yang sudah saya rencana-kan akhir bulan ini di hawai. Tiba-tiba saya tidak butuh hawai, saya bahkan lupa dimana tiket pesawat yang sudah saya beli dari 5 bulan lalu. Tapi senyum bocah ini bisa menggantinya.

Buru-buru saya cari uang kertas yang tersisa di dalam tas. Saya hanya menemukan uang 20.000-an. Sambil melihat waktu berjalan di lampu merah yang masih di angka 80, saya membalas senyum bocah kurus ini dan memberikan uang yang saya temukan di tas.

"tidak pakai sandal?" saya bertanya.

Si bocah melihat kakinya malu-malu, tetap dengan senyumnya yang lebar. Karena diingatkan seperti ini, kaki si bocah terlihat berjingkat karena baru sadar kakinya kepanasan sedari tadi.

"Korannya" bocah ini mencoba mengalihkan perhatian saya dari kakinya.

"Kenapa tidak pakai sandal?" saya mengulangi pertanyaan.

"Kaki saya kuat kok, mbak" si bocah itu lagi-lagi tersenyum sambil melompat-lompat karena baru sadar kalau aspal hari ini sedang dihajar mati-matian oleh matahari.

"kembaliannya"

"ambil saja"

Si bocah memberi saya senyuman terlebar yang bisa dia ciptakan. Lalu mencelat pergi menuju pohon-pohon yang bayangannya mampu mendinginkan telapak kakinya yang terlanjur kepanasan.



Saya dikagetkan lagi oleh bunyi klakson dari pengemudi yang marah dibelakang mobil saya karena lampu lalu lintas sudah hijau dari tadi.

Saya diajarkan banyak hal dari bocah kecil tadi. Bukan waktu yang lama untuk belajar pada umumnya, hanya 80 detik dari bocah yang kurus kering, dahi dan leher yang menghitam karena daki, jari-jari mungil yang kuku-kukunya sedikit kotor, dan kaki yang kuat kesana kemari tanpa alas.

Bagaimana mungkin bocah ini memuji kakinya kuat sementara dia berjingkat-jingkat kegelian setelah diingatkan.
Memang, bersyukur bukan hal yang sulit tapi tidak banyak yang bisa melakukannya seketika itu dan setiap waktu. Bersyukur atas apa yang kita miliki dan tetap bersyukur atas apa yang tidak kita miliki.

Saya diingatkan bocah ini untuk tersenyum lebar pada siapapun, pada situasi Tuhan, dan terutama pada diri sendiri.
Bocah ini membawa berlembar-lembar koran sedangkan saya membawa berlembar-lembar berkas penting kontrak dengan perusahaan besar.
Bocah ini tidak memakai alas kaki sedangkan saya memakai berbagai jenis sepatu bernama yang setiap harinya bisa berganti sesuai warna pakaian.
Bocah ini bisa bersyukur dan memuji kakinya kuat padahal untuk membeli air bersih saja mungkin kesulitan apalagi sandal.

Saya kembali ke kantor, dan tersenyum pada semua orang.
Saya masuk ke dalam ruangan, dan tersenyum pada diri sendiri.
"hati saya kuat, otak saya kuat, Lila kuat kok"
Saya kembali bekerja sambil berjanji untuk kembali ke bocah tadi membawa sepasang sandal dan makanan. Sudah tidak sabar rasanya belajar lagi dari bocah 'si kaki kuat'.

Sabtu, 07 Juni 2014

Little Toes, Little Nose, Little Eyes, Little Happiness

Saya menyukai anak-anak. Ya, anak kecil berbadan mungil yang sering berlarian kesana kemari. Saya memiliki concern lebih pada ilmu tentang anak-anak. Ilmu tentang fase perkembangan anak-anak, atau ilmu tentang psikologi anak-anak. Salah satu alasan, kenapa saya masuk ke Fakultas Psikologi, adalah untuk mengetahui lebih banyak ilmu tentang pemilik 10 jari mungil yang sering belepotan ketika bermain pasir basah atau sisa makan siang ini.





Tidak ada alasan pastinya kenapa saya menyukai anak kecil, tapi yang saya khawatirkan adalah kenapa masih ada orang dewasa yang tidak menyukai malaikat mungil tersebut.
Pembicaraan kerdil antara dua wanita matang yang tidak sengaja saya dengar di sebuah toilet umum cukup membuat saya ingin meledak dengan celana sobek dan badan yang berubah hijau. (but i think, the Hulk costume not gonna fit me, anyway)

Salah satu dari wanita itu berkata pada wanita lainnya seperti tidak paham kalau ada dinding yang bisa mendengar. (Iya, dinding yang sedang dibicarakan itu adalah saya.)

"thanks God, pacar aku bisa bikin anak-anak kecil itu minggir dan ga deket-deket aku. Pacar aku tau kalau aku ga suka anak-anak."

Why?? whats wrong with that cutie pie face that makes you doesnt like them?WHATT? SAY TO ME!

Wanita itu harusnya membenci usianya yang sebenernya berusaha dewasa tapi sama sekali tidak bergandengan dengan fungsi normal otak mereka.
Harusnya mereka lebih membenci kerutan dipinggiran mata mereka sendiri, atau uban putih yang berusaha menampakan diri dibalik kulit kepala mereka sendiri.

Jika ada anak kecil yang tidak menyenangkan itu bukan karena salah anak-anak tersebut sebenarnya.

Saya sekilas membaca sebuah penelitian yang saya lupa judulnya dan penelitinya.
Anak-anak adalah penerima aura paling sempurna. Maksudnya, ketika ada orang dewasa yang tidak menyukai mereka, maka anak-anak ini juga tidak akan mendekati atau menyukai orang dewasa tersebut. Begitu pun sebaliknya.

Sebenernya kekuatan satu ini yang ingin saya curi diam-diam dari anak-anak. Saya ingin sekali mengetahui bagaimana perasaan orang lain terhadap saya ketika mereka ada di dekat saya. Sehingga saya bisa menghindar sejak awal atau bahkan membenci mereka dari awal.

Ah, saya jadi curhat. Kembali lagi ke  anak-anak yang sering sekali pipinya saya jadikan landasan cium dan cubit.

Saya setuju dengan gagasan tuan John Locked di abad 17, seorang filsuf yang mencetuskan sebuah ide tentang 'tabula rasa'.
Teori tersebut mengatakan kalau anak-anak sejak dia dilahirkan serupa dengan sebuah 'kertas kosong'. Mereka masih bebas, bersih, tidak ada aturan, dan belum memiliki identitas. Baru kemudian tugas orangtua, panca indera, dan lingkungan yang mengisi 'kertas kosong' tersebut dengan coretan asal, atau lukisan indah yang hampir setara lukisan jingga milik senja, atau hanya akan terus kosong dengan debu-debu tak ada gunanya di atas 'kertas'nya.

Tidak akan ada habisnya jika saya bercerita tentang anak-anak.

Anak-anak adalah model tercantik dan tertampan yang dimiliki seorang ayah untuk terus diambil gambarnya.
Ada teman saya yang seorang fotografer, sebelum menikah, bukan main cantik dan seksi model yang diambil gambarnya. Sekarang anaknya-lah gambar yang harus muncul di satu-satunya lensa kamera miliknya. Anaknya adalah gambar favorit yang tidak rela dia edit dengan berbagai macam filter karena gambar yang sebenarnya sudah menunjukkan surga Tuhan baginya yang bisa dia potret dan pamerkan.


Anak-anak adalah ah.. mungkin nyawa hidup mati bagi ibunya.
Ibu yang tidak takut berduel nyawa dengan malaikat maut demi melahirkan anaknya, Ibu yang tidak takut gendut untuk menyimpan keindahan Tuhan didalam rahimnya.

Saya belum tau bagaimana rasanya melihat wajah anak yang berasal dari tubuh saya sendiri, tapi saya sudah mengtahuinya, kalau saya akan jatuh cinta padanya begitu saja. Saya akan jatuh cinta setengah mati padamu, nak.

Ada ribuan keteduhan dibalik mata anak-anak yang riang hanya dengan memakan es krim.
Atau puluhan kali bau pesing yang keluar dari balik celananya, tapi ada senyum mungil untuk menenangkan hati mamanya yang keliyengan mengganti popok.

ahh, anak-anak kalian lucu sekali. Terkutuklah hingga ke neraka orang-orang yang tega merusak masa kecil anak-anak ini dengan kekerasan dan kebodohan yang tidak habis saya pikir.

Para pelaku kekerasan fisik atau kekerasan seksual pada anak-anak harusnya membesarkan kotoran mereka sendiri dan bukan membesarkan anak-anak.
Semoga hukum dan agama tau bagaimana memperlakukan pelaku kejahatan anak-anak yang saat ini sedang marak diperbincangkan. Keselamatan anak-anak saat ini bahkan sudah sampai pada level darurat yang patut diberi perhatian lebih.

Anak-anak adalah masa depan. Jaga mereka seperti menjaga bungkusan hadiah dari Tuhan yang hanya datang sekali-sekali.

Work for Cause, not for Applause

Posting kali ini sengaja saya tulis pada hari sabtu. Sambil menunggu jam pulang kerja, saya menyempatkan untuk menulis sedikit saja tentang pekerjaan saya.
ya, hari sabtu!
ya, saya bekerja di hari sabtu!

Hari dimana jalanan sepi, karena sang empunya jalan tengah berbaring dikamar sengaja kesiangan.
Sebagian pemakai jalan juga sedang menikmati sarapan pagi, atau sekedar menonton tayangan televisi, ada juga yang sedang bersantai dengan keluarganya masing-masing.
Tapi saya bekerja, di sebuah kantor yang letaknya hampir 40 menit dari rumah saya. Ya, di hari sabtu.

Hari favorit banyak orang ini harus saya habiskan dengan menyeret kaki saya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari sabtu ini juga yang mengharuskan saya menaiki motor untuk segera berangkat ditemani debu knalpot, panas terik, dan angin yang kadang tidak santai menubruk-nubruk saya.

Omong-omong, saya bekerja di kantor swasta yang berkecimpung di dunia pendengaran.
Bukan sebuah pekerjaan impian sebenarnya, saya dulu bercita-cita ingin memiliki pekerjaan yang bisa membuat saya terlihat cantik. haha i know, it sounds shallow!

Setelah saya dewasa, saya baru menyadari kalau pekerjaan yg bisa membuat saya cantik adalah teller bank, sales promotion girl, menjadi pramugari, atau model.
Hampir semua pekerjaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh orangtua saya.

Menjadi teller bank dengan kebodohan saya dalam berhitung sepertinya bukan ide yang baik.
Menjadi Sales Promotion Girl dengan gelar sarjana psikologi dan kepribadian introvert seperti saya ini mungkin akan berakhir dengan bangkrutnya icon yang akan saya promosikan.
Menjadi pramugari, big no! orangtua saya termasuk orangtua yang antipati dan berhati-hati pada kendaraan yang bisa melayang-layang tersebut, kecuali mereka terdesak menunaikan kewajiban mereka sebagai umat islam. Apalagi jika mereka haruss membayangkan anaknya melayang-layang puluhan hari diatas bentangan samudera.
Menjadi model, mungkin disini saya yang harus sadar diri.

And here iam. Disebuah klinik pendengaran yang menjual berbagai macam alat bantu dengar.
Di perusahaan tersebut, saya dikenal sebagai seorang terapis atau dalam bahasa ilmiah yang lebih mendunia dan mungkin lebih kerennya adalah seorang Audiotry-Verbal Therapist.

Saya setiap harinya bekerja dengan anak-anak. Pekerjaan saya bermain dengan anak-anak. Karena menurut Pandji Pragiwaksono, bermain adalah belajar yang dilakukan oleh anak-anak secara sukarela. Jadi, saya bukan guru dari anak-anak tersebut, saya teman bermain mereka disini.

Saya menerima pekerjaan tersebut, karena saya akan bekerja sama dengan anak-anak yang lucu. Apa yang lebih menyenangkan memiliki rekan kerja seorang anak berukuran mini yang sering bernyanyi dan bertingkah menggemaskan.

Saya bekerja dengan anak-anak yang menggunakan alat bantu dengar di telinganya.
Mereka adalah anak-anak yang kesulitan mendengar suara atau yang biasa kita labeli dengan anak-anak tuna rungu.

Hellen Keller adalah seorang wanita yang memiliki gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran sekaligus saat usianya 19 bulan. Hellen Keller, seorang penulis dan aktivis ini pernah mengatakan bahwa kebutaan memisahkan seseorang dari benda, tapi ketulian memisahkan seseorang dari orang lainnya.


Lalu apa tugas saya disini? mengajari mereka bahasa isyarat?
Tidak, saya bahkan tidak paham arti dari bahasa isyarat yang biasa digunakan untuk membantu komunikasi para penyandang gangguan pendengaran.
Saya hanya paham isyarat gerakan tangan menggaris leher, yang biasa saya gunakan dihadapan adik perempuan saya, ketika dia tidak menutup kembali pintu kamar saya setelah keluar.

Saya bertugas untuk membuat mereka bisa berbicara dan berkomunikasi layaknya anak-anak normal pada umumnya.
Mereka tidak boleh gagu, mereka tidak boleh dilihat aneh, mereka tidak boleh dikata-i bisu, mereka tidak boleh masuk ke SLB (Sekolah Luar Biasa), mereka tidak boleh tidak bisa mendengar, mereka harus bisa mendengar!

Itu tugas saya disini.


Saya mengajari mereka berbahasa, mengajari mereka mendengar, mengajari mereka bicara normal.

Bukan tugas main-main, ada hati sesuci peri didalam diri anak-anak ini yang harus saya jaga.
Saya juga bukan main berusaha sekuat tenaga membuat mereka tampak layaknya anak-anak seusia.

Nantinya saya punya mimpi mereka bisa menyampaikan apa yang mereka rasa dalam kata, bukan gerakan yang membuat orang menerka.
Nantinya saya punya mimpi mereka bisa membanggakan orangtua mereka dalam lagu, bukan gumaman yang orang pikir hanya gagu.
Nantinya saya punya mimpi mereka bisa memimpin dunia dalam bahasa, bukan janji kemudian hanya jadi omong kosong bahasa.

Tapi pernah ada yang mengatakan tentang kata 'idealis' yang sampai sekarang saya belum paham betul apa maknanya bagi saya.
Bagaimana dia memperingatkan saya untuk menjadi orang yang juga memikirkan diri sendiri.
Bagaimana dia mencoba untuk memberi saya kesempatan, kesempatan untuk menyayangi diri saya sendiri.

Saya bahkan belum tau akan dibawa kemana sebenarnya hidup saya ini.
Saya punya mimpi.
Sesederhana kata bahagia, saya hanya mau bahagia yang sederhana.

Pekerjaan saya yang sekarang ini bukan berarti yang terbaik
Pekerjaan saya yang sekarang ini bisa saya banggakan tapi juga membawa beban.
Pekerjaan saya ini bukan yang saya impikan, tapi anak-anak ini butuh mimpi.






 




Saya bukan wanita sempurna layaknya dewi athena yang diciptakan dengan kekuatan dan kebijaksanannya.

Saya wanita biasa yang menyempatkan diri untuk selalu berdoa, dan berusaha.
Isi doa sederhana, yang ingin saya perlihatkan pada Tuhan bagaimana saya bersyukur atas semuanya yang coba Dia berikan pada saya dengan cara yang luar biasa lewat anak-anak yang luar biasa.

"Tuhan, saya mau bersyukur. If in this world i should work for cause, not for applause. Then it's should be just YOU the one that i try to impressed, so You can give me big applause. Not the boss, and not the other"