Posting kali ini sengaja saya tulis pada hari sabtu. Sambil menunggu jam pulang kerja, saya menyempatkan untuk menulis sedikit saja tentang pekerjaan saya.
ya, hari sabtu!
ya, saya bekerja di hari sabtu!
Hari dimana jalanan sepi, karena sang empunya jalan tengah berbaring dikamar sengaja kesiangan.
Sebagian pemakai jalan juga sedang menikmati sarapan pagi, atau sekedar menonton tayangan televisi, ada juga yang sedang bersantai dengan keluarganya masing-masing.
Tapi saya bekerja, di sebuah kantor yang letaknya hampir 40 menit dari rumah saya. Ya, di hari sabtu.
Hari favorit banyak orang ini harus saya habiskan dengan menyeret kaki saya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari sabtu ini juga yang mengharuskan saya menaiki motor untuk segera berangkat ditemani debu knalpot, panas terik, dan angin yang kadang tidak santai menubruk-nubruk saya.
Omong-omong, saya bekerja di kantor swasta yang berkecimpung di dunia pendengaran.
Bukan sebuah pekerjaan impian sebenarnya, saya dulu bercita-cita ingin memiliki pekerjaan yang bisa membuat saya terlihat cantik. haha
i know, it sounds shallow!
Setelah saya dewasa, saya baru menyadari kalau pekerjaan yg bisa membuat saya cantik adalah teller bank,
sales promotion girl, menjadi pramugari, atau model.
Hampir semua pekerjaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh orangtua saya.
Menjadi
teller bank dengan kebodohan saya dalam berhitung sepertinya bukan ide yang baik.
Menjadi
Sales Promotion Girl dengan gelar sarjana psikologi dan kepribadian
introvert seperti saya ini mungkin akan berakhir dengan bangkrutnya icon yang akan saya promosikan.
Menjadi pramugari,
big no! orangtua saya termasuk orangtua yang antipati dan berhati-hati pada kendaraan yang bisa melayang-layang tersebut, kecuali mereka terdesak menunaikan kewajiban mereka sebagai umat islam. Apalagi jika mereka haruss membayangkan anaknya melayang-layang puluhan hari diatas bentangan samudera.
Menjadi model, mungkin disini saya yang harus sadar diri.
And here iam. Disebuah klinik pendengaran yang menjual berbagai macam alat bantu dengar.
Di perusahaan tersebut, saya dikenal sebagai seorang terapis atau dalam bahasa ilmiah yang lebih mendunia dan mungkin lebih kerennya adalah seorang
Audiotry-Verbal Therapist.
Saya setiap harinya bekerja dengan anak-anak. Pekerjaan saya bermain dengan anak-anak. Karena menurut Pandji Pragiwaksono, bermain adalah belajar yang dilakukan oleh anak-anak secara sukarela. Jadi, saya bukan guru dari anak-anak tersebut, saya teman bermain mereka disini.
Saya menerima pekerjaan tersebut, karena saya akan bekerja sama dengan anak-anak yang lucu. Apa yang lebih menyenangkan memiliki rekan kerja seorang anak berukuran mini yang sering bernyanyi dan bertingkah menggemaskan.
Saya bekerja dengan anak-anak yang menggunakan alat bantu dengar di telinganya.
Mereka adalah anak-anak yang kesulitan mendengar suara atau yang biasa kita labeli dengan anak-anak tuna rungu.
|
Hellen Keller adalah seorang wanita yang memiliki gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran sekaligus saat usianya 19 bulan. Hellen Keller, seorang penulis dan aktivis ini pernah mengatakan bahwa kebutaan memisahkan seseorang dari benda, tapi ketulian memisahkan seseorang dari orang lainnya. |
Lalu apa tugas saya disini? mengajari mereka bahasa isyarat?
Tidak, saya bahkan tidak paham arti dari bahasa isyarat yang biasa digunakan untuk membantu komunikasi para penyandang gangguan pendengaran.
Saya hanya paham isyarat gerakan tangan menggaris leher, yang biasa saya gunakan dihadapan adik perempuan saya, ketika dia tidak menutup kembali pintu kamar saya setelah keluar.
Saya bertugas untuk membuat mereka bisa berbicara dan berkomunikasi layaknya anak-anak normal pada umumnya.
Mereka tidak boleh gagu, mereka tidak boleh dilihat aneh, mereka tidak boleh dikata-i bisu, mereka tidak boleh masuk ke SLB (Sekolah Luar Biasa), mereka tidak boleh tidak bisa mendengar, mereka harus bisa mendengar!
Itu tugas saya disini.
Saya mengajari mereka berbahasa, mengajari mereka mendengar, mengajari mereka bicara normal.
Bukan tugas main-main, ada hati sesuci peri didalam diri anak-anak ini yang harus saya jaga.
Saya juga bukan main berusaha sekuat tenaga membuat mereka tampak layaknya anak-anak seusia.
Nantinya saya punya mimpi mereka bisa menyampaikan apa yang mereka rasa dalam kata, bukan gerakan yang membuat orang menerka.
Nantinya saya punya mimpi mereka bisa membanggakan orangtua mereka dalam lagu, bukan gumaman yang orang pikir hanya gagu.
Nantinya saya punya mimpi mereka bisa memimpin dunia dalam bahasa, bukan janji kemudian hanya jadi omong kosong bahasa.
Tapi pernah ada yang mengatakan tentang kata 'idealis' yang sampai sekarang saya belum paham betul apa maknanya bagi saya.
Bagaimana dia memperingatkan saya untuk menjadi orang yang juga memikirkan diri sendiri.
Bagaimana dia mencoba untuk memberi saya kesempatan, kesempatan untuk menyayangi diri saya sendiri.
Saya bahkan belum tau akan dibawa kemana sebenarnya hidup saya ini.
Saya punya mimpi.
Sesederhana kata bahagia, saya hanya mau bahagia yang sederhana.
Pekerjaan saya yang sekarang ini bukan berarti yang terbaik
Pekerjaan saya yang sekarang ini bisa saya banggakan tapi juga membawa beban.
Pekerjaan saya ini bukan yang saya impikan, tapi anak-anak ini butuh mimpi.
Saya bukan wanita sempurna layaknya dewi athena yang diciptakan dengan kekuatan dan kebijaksanannya.
Saya wanita biasa yang menyempatkan diri untuk selalu berdoa, dan berusaha.
Isi doa sederhana, yang ingin saya perlihatkan pada Tuhan bagaimana saya bersyukur atas semuanya yang coba Dia berikan pada saya dengan cara yang luar biasa lewat anak-anak yang luar biasa.
"Tuhan, saya mau bersyukur. If in this world i should work for cause, not for applause. Then it's should be just YOU the one that i try to impressed, so You can give me big applause. Not the boss, and not the other"