Senin, 11 Agustus 2014

Jawa Tengah Part 2

Hari kedua di jawa tengah, minggu pagi, sengaja bermalasan karena saya kelelahan menyetir semarang-kudus. Sudah tidak se-excited kemarin saat mengunjungi semarang. Apalagi playlist pagi ini secara licik memainkan lagu michael buble yang berjudul home. Belum lagi pesan singkat yang berisi:

"kapan pulang?"

dikirimkan seseorang yang tidak sabar menunggu saya pulang. Huh, bertambah dua kali lipat kemalasan saya, ingin segera pulang. *ternyata emang ga bakat travelling*

Menatap dinding dan atap rumah orang rasanya saya benar-benar baru tau apa yang dimaksud dengan lagu the passenger berjudul let her go. Terutama part yang ini:

"Only hate the road when you’re missing home"

Rasanya pasti menyenangkan ketika kita pergi, ada yang tetap menunggu kita pulang. Rumah memang bukan hanya bagian dari semen dan gundukan dinding membentuk bangunan. Rumah juga bisa jadi hati seseorang yang ketika kita sedang pergi, mereka lah tempat kita kembali.

Kehilangan semangat dan energi membuat saya  banyak merenung tentang perasaan meracau ini. Tentang perasaan rindu. Ah, saya sampai bosan mengetik kata rindu, mungkin keyboard laptop ini juga sama bosannya seperti saya.

Sudah 2 jam berglundung-glundung ria, dengan mata yang ketap ketip tanpa arah. Saya memutuskan untuk bangun dan kembali jalan-jalan untuk membunuh rasa rindu yang kurang ajar ini, karena belum tentu orang yang saya rindu juga merindukan saya kan.

Bergegas mandi dan bersiap untuk mencari oleh-oleh saja hari ini, dan mengunjungi beberapa wisata yang berada di sekitaran kudus, jawa tengah.


Nice wall behind. Like i could take million picture with it

Ini yang saya suka dari kota kecil, banyak sekali tembok tua atau bahkan bangunan tua yang cukup indah menurut saya. Kelak, saya ingin punya rumah yang bisa selalu diingat oleh anak cucu saya sebagai rumah tua yang akan selalu dikunjungi ketika ada libur panjang. Rumah yang berisi kebun bunga dihalamannya. Rumah yang dibagian belakangnya ada taman tempat banyak kandang berisi burung kecil berciut-ciut, ayam-ayam yang berkeliaran, atau kolam ikan, semuanya peliharaan suami saya. Saya sendiri punya dapur bersih tempat saya selalu berdiri menyiapkan makanan kecil atau minuman untuk anak cucu saya nanti. Ah, anak cucu saya harus selalu punya ingatan untuk kembali ke rumah eyangnya ini. *wake up, kik *setrum pake raket nyamuk

Kembali ke kisah perjalanan kali ini. Tsaelah ((((kisah))) *situ kancil?

Karena ada yang memesan daster lurik, pergilah saya ke pasar kliwon pukul 11 pagi. Pasar kliwon ini tidak jauh berbeda dari pasar blauran di surabaya. Barang-barangnya juga saya yakin di import beberapa dari surabaya. Tapi ya sudahlah, yang penting buah tangan jatuh di tangan. *tet! *mengulang kata 'tangan'

Selesai dari pasar kliwon saya duduk di depan kipas angin karena panas terik Kudus hari ini sedang tidak santai, saudara-saudara. Berhasrat ingin pakai payung warna-warni ke pasar kliwon tapi pasti saya dikira kepala suku pasar menagih uang sewa.

Tidak sempat mengambil gambar karena tidak membawa apapun ke pasar kecuali membawa diri dan sandal jepit berharga saya, serta selembar dua lembar uang yang disembunyikan di saku celana.

Setelah dirasa asap panas sudah hilang dari ubun-ubun, saya sudah siap untuk melakukan perjalanan ke menara kudus. Disana ada bangunan tua masjid kudus dan makam sunan kudus.

Tempat ini juga tidak jauh berbeda dari masjid sunan ampel di Surabaya. Hanya saja ini di kudus, dan masjid sunan ampel di Surabaya. *Ya eya lah*






Disini juga saya berasa di panggang habis-habisan. Panasnya bukan main kudus pukul 12 siang ini.







Kapok dan marah-marah pada sinar matahari, akhirnya saya kembali pulang setelah membawa oleh-oleh yang cukup seperti jenang khas kudus, dan beberapa makanan khas kudus lainnya.

Benar-benar hari yang berbeda dari kemaren, salahkan rindu yang pagi-pagi datang membawa ketidak-mood-an luar biasa pada hari ini. Rasanya sudah mau pulang saja, sementara tante saya masih ada beberapa keperluan di kudus yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Akhirnya setelah adzan maghrib, kami kembali ke Surabaya. Rasanya tidak ada yang lebih menyenangkan selain pulang ke rumah. yeay!

Tetap berterimakasih kepada Jawa Tengah atas keramahannya dan atas terik mataharinya. Saya merasa dirawat dengan baik mengingat saya datang untuk menyembuhkan sakit hati.





Sampai bertemu kembali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar