Sabtu, 09 Agustus 2014

Jawa Tengah part 1

Akhirnya bisa bikin postingan tentang travelling. Meskipun masih amatiran. Tapi uda bangga banget. *kikik anak rumahan*

Jadi ceritanya saya kesentil sama tweet dari @saulraja yang isinya

"travelling. Ada yang karena berjiwa petualang, ada yang cuma pengen pamer di instagram, dan ada juga yang untuk menyembuhkan diri".

Jadi sudah dipastikan saya termasuk yang melakukan travelling untuk menyembuhkan diri, meskipun kemudian alasan pamer di instagram juga dilakukan. Kalo ga gitu kan apa gunanya maen instagram ya, mending maen bekel atau neker.

Jadi begini ceritanya, yang jelas saya harus sakit hati dulu sampe akhirnya kepikiran untuk travelling. Bukan pertama kalinya juga sih.

Saya memutuskan untuk ke Jawa Tengah memulai perjalanan menyembuhkan sakit hati saya.

Road Trip essentials 1


Road Trip essentials 2


Berangkat jumat malam bersama tante saya yang kebetulan ada acara halal bialal di semarang, jadi rencananya kita akan berpisah ketika berada disana. Yeay, all alone menyusuri jalanan semarang sudah terbayangkan. *nyetel film before sunset* in case harus ngobrol sama orang asing. Trus nyadar ini indonesia bukan hollywood. (._. )

Berangkat malam hari, bergantian menyetir, menikung truk truk besar yang jalannya super lelet, voilaaa.. sampai lah kita di kota kudus, jawa tengah. Beristirahat tidur di rumah saudara yang berada di kudus.

Besok paginya, sabtu pagi, bersiap pergi ke semarang untuk menyelesaikan acara masing-masing.

Pemandangan di perjalanan


Saya sampai di jalanan simpang lima yang cukup ramah kecuali panas terik yang membakar ubun-ubun. Selayaknya alun-alun pada umumnya, saya melewati begitu saja simpang lima tanpa berniat mengambil gambar. *panas terik men*

Akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke arah tugu muda, niat berfoto juga digagalkan telak oleh sinar matahari yang menggigit ujung kulit. Akhirnya memutuskan untuk masuk ke lawang sewu.

Gedung yang memiliki banyak pintu ini membuat saya teringat sebuah kata bijak

The one and only "lawang sewu"


"if God shuts a door, stop banging on it! Trust that whatever behind is not meant for you".

Manusia saja bisa membuat seribu pintu sebanyak ini, bagaimana mungkin Tuhan hanya membuat satu pintu untuk hamba-Nya. Termasuk saya. Pasti Tuhan sudah menyiapkan banyak pintu yang harus saya ketuk satu persatu. Ketika itu gagal terbuka, saya harus percaya kalau Tuhan punya pintu lain yang harus saya perhatikan dan bukan hanya terpaku pada pintu tertutup di depan hidung saya.




Foto pake jurus Tongsis! (Tolong, sis!) 



Ketika terlalu geli pake tongsis, thanks to fish eye!



Selesai pusing berputar-putar lawang sewu yang menyimpan museum sejarah, saya mau berjalan di trotoar jalanan semarang. Sendirian. Dengan kamera siap ditangan untuk mengambil gambar, bekal untuk kenangan yang indah.



Ternyata ketika berjalan sendirian di kota asing, saya juga belajar sesuatu, yaitu pasti menyenangkan kalau ada teman bicara atau berjalan ketika mau berputar-putar di kota asing seperti ini. Karena banyak sekali yang menyapa saya dengan "sendirian aja mbak". Pppfftth masih perlu ditempel di jidat kalo saya sendirian, pak.

Setelah sudah berjalan jauh dan kitab suci belum juga ditemukan, akhirnya baterai handphone saya low bat. Padahal itu senjata utama biar ga keliatan kayak anak ilang. Saya pun mencari starbuck melalui aplikasi maps. Ternyata saya diarahkan untuk menyusuri jalan menuju kota jakarta agar bisa minum di starbuck. -___- *jambak tab*

Akhirnya saya nemu hotel aston quest, buru-buru masuk ke restorannya buat ngadem. Dan yang pertama ditanyain ke mbaknya bukan buku menu, tapi colokan dan pasword wifi.



Sampai sekarang posting ini selesai ditulis, saya masih menunggu dijemput oleh tante saya yang betah sama acaranya sendiri.
Mbak-mbak waitresnya sampe pura-pura ngelap meja saking lama nya saya nangkring disini.

Terimakasih, semarang. Saya masih lompat-lompat kecil karena senang besok masih akan ke jepara dan menati pelajaran apa yang bisa saya dapat dari perjalanan patah hati ini. Yeayyy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar