It’s tuesday, 20 des 2011. aku bertemu dengan seorang pria yang bernama Dennis, he is very nice person. Dia datang dari Belanda. Banyak sekali yang aku dapat dari dia, meskipun hanya beberapa menit percakapan. Satu hal yang tidak bisa aku lupa dari dennis adalah, bagaimana dia bercerita tentang karma. Ya, KARMA!
He’s believe that karma is exist, so do I! kata karma yang selama ini jadi kosa kata asal lalu di pikiranku, tiba-tiba dengan kuat menancapkan kuku jarinya begitu dalam di ingatan, selain mungkin karena faktor Dennis yang membicarakannya. LOL. He’s cute.
Karma, is just simple word but so meaningful for me. Dennis menceritakan tentang sedikit tentang dia dan karma. Dulunya dia seorang ’army’ kalau aku tidak salah mengingat, intinya dia bekerja selama 5 tahun dengan suasana, kondisi, dan teman-teman yang memiliki kepribadian cukup keras dan ego yang kuat. Dennis sendiri mengaku kalau dirinya orang yang lembut dan tentunya Dennis percaya karma.
Dennis memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya tersebut, dan masuk ke ’medical service’ di Belanda. Dari pekerjaan barunya tersebut, Dennis mulai membantu dan memberikan pelayanan untuk komunitas yang membutuhkan. Di Indonesia sendiri, dia adalah relawan di kota-kota kecil seperti Banyuwangi, dan sekarang dia tengah berada di Surabaya untuk beberapa waktu. Di Banyuwangi dia secara sukarela membantu anak-anak disana untuk belajar bahasa inggris, dan memberi pengetahuan tentang kesehatan.
Seperti menemukan jodohnya, Dennis mulai menyadari kalau ”Karma is Real”. Dia merasa harus selalu berbuat baik agar kebaikan kembali kepadanya, begitu pula dengan kejahatan yang akan selalu kembali pada diri kita ketika kita berbuat kejahatan.
Entah bagaimana, tiba-tiba kata karma mencuri beberapa bagian di otakku, membuatku memutar kembali perbuatan atau perilaku apa saja yang sudah aku perbuat dan mungkin aku tinggal menunggu balasannya. Apakah itu kebaikan atau malah kejahatan. Mungkin aku bukan orang suci yang tidak pernah membenci orang, dan ”cling!” tiba-tiba aku teringat apa yang seketika membuat aku terdiam beberapa sesaat, seperti menunggu, menunggu datangnya .. kar .. ah aku tidak sanggup mengatakannya.
Aku terlalu sering membenci orang, ya aku terlalu sering membenci orang, hanya membenci, aku tidak pernah memakinya, mendorongnya, menjambaknya atau apapun. Aku hanya membenci.
Apakah mungkin nantinya akan banyak yang membenciku? I’ll just wait. Saat ini yang aku harap, karma is fairy! But yeah, heard so absurd. Aku hanya manusia, orang suci saja masih ada yang membenci bagaimana dengan aku. Yeah, mungkin dengan cara mulai berbuat kebaikan dan menjaga perilaku, seperti Dennis. Dennis bilang kalau semua manusia baik, peranglah yang tidak baik. Dennis juga bilang kalau semua agama itu baik, peranglah yang tidak baik. Perang bukan tentang manusia, bukan tentang agama tapi tentang ego. Oh, God! I love this man. He’s kind of a good friend.
Dennis juga merasa sangat menyesal atas penjajahan Belanda terhadap Indonesia. Dia merasa sangat tidak enak dan tidak nyaman atas penjajahan tersebut. dia merasa memiliki kewajiban untuk mengganti perlakuan orang-orang terdahulunya dengan sesuatu yang lebih positif seperti menjadi relawan di beberapa komunitas kecil dan terpencil di Indonesia. This man have a wonderful heart. Dia merasa generasi baru seperti dirinya berbuat kebaikan dan bukanlah perang. “war is not good!” dia bilang kata-kata itu berulang kali seakan itu harusnya jadi tulisan di seragam anak-anak muda penerus bangsa.
“karma is exist” dan “war is not good” adalah dua kata kunci yang tiba-tiba melekat di dinding pikiranku. Sebuah kosakata sederhana yang bagiku tidak ada sedikit saja waktu untuk menggali maksud kosa kata tersebut, tapi Dennis-lah yang tiba-tiba menggalinya begitu dalam. Menurutku cukup membicarakan hal yang sedikit menimbulkan penyesalan dalam diriku dan beralih ke topic pembicaraan yang sedikit mengasikan tentang tahun baru yang akan datang. Dennis mengatakan kalau dirinya dan pacarnya akan mengunjungi Bandung, dan kemudian berakhir tahun di Bali. Aku dengan excited merespon dengan nada iri kalau bali adalah tempat yang paling dielu-elukan ketika akhir tahun tiba. Dennis menjawab cepat kalau dirinya tidak untuk berpesta di Bali tapi untuk meditasi. Aku ternganga. Aku terdiam, menunggu penyeselan macam apa lagi yang akan muncul dalam diri ini.
Meditasi untuk berterima kasih pada alam, semacam meditasi untuk menyadari berkat yang diberikah oleh alam, kurang lebih seperti itulah yang dikatakan oleh Denis. Sejurus kemudian dia mulai bicara dalam bahasa meditasi dan kedokteran yang tidak tertangkap jelas oleh orang pribumi sepertiku. Dia berkata tentang bagaimana dirinya bermeditasi untuk mengeluarkan energi positif dari dalam dirinya dan memberikannya pada alam atau bumi. Dennis juga menjelaskan tentang cakra, bahwa setiap orang masing-masing memiliki 9 cakra. What a life, dan aku lupa cakra apa saja itu, maaf. Aku hanya ingat, 9 cakra mausia itu dahi, tengah alis, tenggorokan, dada, hati, organ seks, punggung dan aku lupa, sekali lagi maaf. Jika aku tidak salah mengingat, cakra adalah tempat dimana setiap manusia mengeluarkan energi positifnya.
Exhale, inhale. Aku lupa bernafas, percakapan singkat itu membuat aku menyadari banyak hal yang lebih dari kata singkat. Mulai dari berbuatlah kebaikan karena karma itu ada, karma adalah kata yang berasal dari india itu dapat dimaknai positif agar setiap orang mau melakukan kebaikan dengan imbalan berbaliknya kebaikan tersebut kepada kita. Zaman sekarang jika tidak membicarakan upah atau balasan tampaknya akan sangat jarang ditemui, semuanya seperti ada harganya. Dengan kata karma diharapkan setiap orang menyadari kalau semua hal ada balasannya, semua mendapatkan sesuatu dari apa yang kita ‘tanam’ dan itu bukan hanya yang sifatnya materi atau uang mungkin bisa diganti dengan kata ‘KEBAIKAN’.
Tuhan itu satu. Even ada banyak agama di dunia ini, dari Dennis aku belajar kalau semua orang itu baik, semua agama itu baik, yang tidak baik adalah perang karena perang bukan tentang manusia atau tentang agama melainkan tentang ego. Mungkin masa lalu kita sempat diwarnai dengan perang tapi sekarang adalah generasi baru yang anak muda seperti kitalah yang harusnya menumbuhkan stigma “war is not good” kepada generasi-generasi berikutnya.
Terakhir, mencoba memahami dan berterima kasih pada alam adalah sesuatu hal yang sudah sewajarnya dilakukan. Salah satunya mungkin dengan merenung di akhir tahun bukannya berpesta yang mungkin akan menimbulkan keburukan atau kerusakan pada alam. Berpesta yang sewajarnya mungkin hal yang harus dipahami setiap orang, meskipun aku sendiri belum bisa dibilang ahli untuk tahu bagaimana cara berpesta sederhana itu. Just smile. This is all about the simple way i tell you the world and the simple way i smile tou you.
Thank you dennis! <3 br="">3>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar